Selayang pandang Kota Metro


Pernah denger nama Kota Metro? Ya, yang di Provinsi Lampung itu kan? Demikian kawan pas ketemu di kereta pas mau mudik ke Lampung lebaran kemarin. Kota Metro dulunya masuk Lampung tengah, jadi ibukotanya malah. Tapi pas jaman-jamanya otonomi daerah, akhirnya di mekarkan menjadi Kota sendiri dengan nama Kota Metro. Luas wilayahnya sih kecil, sekitar 68,74 km2 dengan penduduk 153.000 jiwa.

Metro itu sebenarnya kota tua. Kota ini mewarisi perencanaan tata guna lahan zaman Pemerintahan Belanda yang dibuat tahun 1936. Hal ini terlihat dari lahan untuk pemukiman, perkantoran, perdagangan, pertanian dan taman terencana dengan matang. Semuanya terjalin rapi dalam jaringan jalan yang sudah termasuk lebar pada masa itu, bahkan saluran irigasi (baca: ledeng) dan saluran pembuangan air hujan pun sudah sedemikian tertata.

Dulu, tempat itu merupakan tempat pertama para transmigran (kolonis) dari pulau Jawa ditempatkan. Kedatangan kolonis pertama di daerah Metro (saat itu namanya masih Trimurjo) adalah pada hari Sabtu, 4 April 1936 dan untuk sementara ditempatkan pada bedeng-bedeng yang sebelumnya telah disediakan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian kepada para kolonis dibagikan tanah pekarangan yang sebelumnya memang telah diatur. Setelah kedatangan kolonis pertama ini, perkembangan daerah bukaan baru ini berkembang demikian pesat, daerah menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis-pun semakin bertambah, kegiatan perekonomian mulai tumbuh dan berkembang.

Istilah bedeng-bedeng itu masih dijumpai sampai sekarang. Jika Anda dateng ke kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng. Misal di Trimurjo ada bedeng 1, 2, 3, 4, 5, 6c, 6 polos, 6b, 6d, 7a, 7c, 8, 10, 11a, 11b, 11c, 12a, 12b, 12c, 13 dst sampai 67-Sekampung (sekarang masuk Lampung Timur). Yang sekarang ini mulai masuk kota Metro yaitu 14-1 (Ganjar Agung), 14/2, 15, 16a, 16c, dst… Jadi lebih mudah nemuin daerah pake 16c dibanding Mulyo jati. Lebih enak ngomong daerah 22 dibanding Hadimulyo. Lebih populer nama 21c dibanding Yosomulyo, ya kan??

Pada hari Selasa, 9 Juni 1937 nama Desa Trimurjo diganti dengan nama Metro, dan karena perkembangan penduduknya yang pesat. Sebagai Asisten Wedana (Camat) yang pertama adalah Raden Mas Sudarto. Penggantian nama Desa Trimurjo menjadi Desa Metro, karena didasarkan pada pertimbangan letak daerah kolonisasi ini berada ditengah-tengah antara Adipuro (Trimurjo) dengan Rancangpurwo (Pekalongan).

Mengenai nama Metro, seorang kolonis mengatakan berasal dari kata “Mitro” yang artinya keluarga, persaudaraan atau kumpulan kawan-kawan. Adapula yang mengatakan Metro berasal dari “Meterm” (Bahasa Belanda) yang artinya “pusat atau centrum” atau central, yang maksudnya merupakan pusat/sentral kegiatan karena memang letaknya berada ditengah-tengah. Kolonis yang lain mengatakan Metro mempunyai artian ganda, yaitu saudara/persaudaraan dan tempat yang terletak ditengah-tengah antara Rancangpurwo (Pekalongan) dan Adipuro (Trimurjo).

Perkembangan kota Metro

Bisa dikatakan perkembangan sampai saat ini lumayan pesat. Sejak masuk gerbang kota jalanan mulus jalur dua sampai ke pusat kota. Sebelum masuk gerbang kota, ada nama desa namanya Tempuran (12a) yang memang dulunya tempat bertempurnya para pejuang melawan kolonial Belanda. Nih di Patung monumennya.
Jalan terus, Anda akan menemukan gerbang kota, nama daerahnya Ganjar Agung. Biasanya di perbatasan kota ini banyak penjual buah-buahan kayak timun suri atau semangka. Di sepanjang jalan ini banyak rumah pemukiman dan pertokoan berdiri.
Sampai akhirnya juga di per3an Ganjar agung ke arah terminal 16c (Mulyojati). Di sini ada lampu merah (jogja, baca: Bangjo) tapi mati. Ada sekitar 10 lampu merah tapi yang idup cuma 1 di depan kantor walikota.
Ke arah kanan terminal, kalo lurus ke pusat kota. Terus jangan heran nama daerah-daerah di sini kebanyakan pakai bahasa jawa. Orang2nya juga mayoritas suku jawa. Ya karean tadi, kan emang daerah sasaran transmigrasi dari jawa.

Contohnya gini nih, jangan dikira ini di jogja. Ini real ada di Metro. Banyak daerah lain yang namanya kayak di pulau Jawa misal Wates, Pekalongan, Tegal rejo, dll.

Bakso Metro

Dulu, tahun 1980-an bakso terkenal di metro adalah bakso Bibit yang ada di pasar cendrawasih. Dan tentu tau donk di 16c ada bakso yg sangat terkenal Bakso magetan. Ternyata mereka yang punya tuh saudaraan lho. Nih dia ceritanya:

Orang menyebutnya bakso Metro. Merek dagang aslinya Bakso Bibit di Pasar Cenderawasih. Sampai awal tahun 1990-an, bakso yang dijual Bu Bibit itu hanya bisa dibeli di Pasar Cenderawasih. Setelah itu, Bibit mendorong 3 saudaranya membuka cabang Bakso Bibit di tempat lain. Salah seorang saudaranya membuka kios di Pasar Cenderawasih dan satu di Kota Gajah, Lampung Tengah. Mereka masih memakai merek dagang Bakso Bibit. Bu Bibit juga tetap mengelola kedai di Pasar Cenderawasih, tepat di samping bioskop Nuban.

Sementara salah satu adik Bibit, Ma’ruf Pujiono, membuka kedai di dekat Terminal Induk 16 C, Metro. Ia memilih merek dagang berbeda: Bakso Magetan. Rasanya tetap rasa bakso Metro yang sudah dikenal orang. Nama Magetan sendiri untuk mengingatkan pada kampung halaman yang berasal dari Magetan, Jawa Timur.

Di Bakso Magetan tidak ada bakso sebesar bola tenis. Bakso berdiameter besar itu ciri khas Bakso Bibit. Tapi jangan salah, biar kecil biasanya pelanggan akan kenyang dengan satu mangkuk saja. Ciri khas bakso Metro adalah menyediakan pentol bakso aja, gak ada tahu atau siomai seperti disajikan sebagian pedagang bakso di Jawa dan Bali. Pentol atau biji bakso di kedai bakso Magetan terasa padat, halus, dan tidak lengket oleh lemak. Tidak ada bagian kosong di tengah pentol. Wajar bila pelanggan bisa kenyang dengan seporsi bakso, apalagi kalau bakso lengkap dengan mi. Ciri khas lain, di sini bentuk baksonya panjang dan padat, gak bulet. Pentol itu dibuat dengan mesin pres dalam bentuk lonjoran. Setelah dipres, baru dipotong-potong seukuran bakso pada umumnya. Alesan pembuatnya katanya kalau dibulatkan pakai tangan, bakso tidak padat.

Agar rasanya terjamin, kedai itu hanya menggunakan daging has dan lulur sapi. Jenis daging itu menentukan tekstur halus pada bakso. Kalau pakai jenis lain, ada serat daging yang tidak hancur saat digiling. Daging juga tidak langsung digiling. Biasanya gajih atau lapisan lemak dibuang terlebih dahulu. Setelah dipisahkan dari lemak, baru daging digiling. Hasil gilingan dicampur dengan beberapa bahan lain untuk diolah menjadi pentol.

Sebagai pembimbing manasik haji, sudah pasti Ma’ruf mengutamakan kehalalan produknya. Daging sampai proses pengolahan dijamin halal dan bersih. Dengan kualitas seperti itu, pelanggan bisa menyantap seporsi bakso plus Teh bbotol seharga Rp 10.000. Harga hampir sama diberlakukan di kedai bakso saudara-saudara Ma’ruf. Harga murah dan kualitas baik memang andalan Ma’ruf menjaring pelanggan. Setiap hari rata-rata 400 porsi harus disiapkan untuk pelanggan.

Artikel Terkait:

38 thoughts on “Selayang pandang Kota Metro

  1. wahhh saya orang sidokerto,, tapi saya mainya ke metro…. padahal sering main ke metro tapi setelah baca artikel ini jadi pingin langsung ke metro hehhe

  2. baksonya jadul..magetan dah gak laku sekarang…yg laku glompong disamping lapangan 16c. metro sudah bnyk berubah….pasarnya sekarang pindah ke 24 dan 16c.

  3. Metro kota yang asri. Penduduk metro yg merantao pasti merindukan untuk pulang kmbali ke kota metro. Saya slalu rindu pulang ke metro walao sbenarnya rumah saya brada d pnggir kota metro, lbih tpatnya ikut lampung tngah. Aq cah 19a..

  4. SAYA ANAK ANAK METRO AGAN SEKALIAN MASIH DI METRO LAGI SAMPAI SEKARANG INI…..DAH MULAY MAJU GAN…….BANYAK BULE LAGI GAN,,,,DI SINI BULE JADI GELANDANGAN GAN….CKCKCKCK BECANDA…..SALAM KENAL AGAN AGAN SEKALIAN….

    1. ada bro sate cak kele depan warnet giga yang terkenal itu….pojok lapangan samber….mantap gan apa lagi sambil maen game online…..dan browsing….!

  5. saya lahir dikota metro, kakek buyut saya datang ke metro pada waktu sebelum kemerdekaan dulu di bedeng 25B Margorejo, kata Bapak saya mereka membangun saluran air ( ledeng ) dari tegineneng sampai bedeng 62 di sekitar sekampung, saya bangga jadi putra metro, saya sekolah SMP N 2 di 15A iring mulyo, lulus tahun 1989, saat ini saya bekerja di Kalimantan Timur, bener-bener rindu akan kota metro, sudah hampir separuh lebih indonesi saya jelajahi terutama daerah diperkebunan kelapa sawit, tetapi tidak ada senyaman dan setentram kota metro, penduduknya yang sangan hiterogen, tetapi sangat-sangat toleran, bisa hidup rukun adem ayem, tentrem, ingin sekali kembali ke kota metro tercinta, insyaAllah

  6. wahhhh ………..jadi pengen mudik !!!!
    bwt semua orang metro doain gw bisa sukses !! supaya bisa majuin kota metro !!!!!

  7. di kota kecil itu aku tumbuh dan berkembang begitu nyaman nya….
    di kota kecil itu pun ayahandaku menghembuskan nafas terkhir..
    suatu saat,ku kan kembali..
    insyALLoh kita semua diizinkan memajukan kota metro !

  8. Saya lahir di Metro thn 1968, lulus SMT Pertanian Negeri Metro thn 1986, cari nafkah di Bekasi dari tahun 1988 s.d sekarang, n blm tentu 4 thn sekali pulangnya, tapi Insya Allah tgl 16 April ini rencananya mau pulang, dah rindu berat nih, sekalian menyaksikan adik yang bungsu nikah. Mas Moko ngantornya di mana ? kok ikutan kangen Metro.

  9. Setahu saya, warga Kota Metro kesadaran bermasyarakatnya tinggi kalau dibandingkan dengan kota lain, baik berkehidupan sehari-hari, maupun kesadaran berlalulintasnya, kebersihannya baik di pasar maupun di lingkungannya, jadi menurut saya wajar kalau Kota Metro Menyandang Adipura, itu sudah sepantasnya. Salam dari Bekasi.

  10. Kalau SMA UTAMA masih ada gak ya ? soalnya aku dulu pemain Bassnya Band SMA UTAMA pada tahun 1986-1987 bersama Bang Yunus (Drumer) dan Pak ??? Guru Kimia (Melodi), and pernah ngisi Acara di Anjungan Lampung pada ultah TMII 1987 beserta Vocal Groupnya Bpk Minak Panji KS Pane. Semoga Kota Metro makin Maju aja and Sukses tuk para Pemimpin beserta jajarannya. dari Kota Bekasi.

  11. salm kenl juga.. stelh mmbc, klo dpkir pikir metro tu hmpir sama dgn jgj ya.. mislnya taman kota,, kyk di alun2,, hnya metro lebih kecil..^_^he

    1. yup, bener bgt..orang2nya juga kyk orang jogja, banyak orang jawa soalnya

  12. salam kenal sesama warga metro…….
    saya tinggal dan besar di metro ni, dan memulai usaha dan hidup di kota metro yang kecil namun nyaman …….salam kenal semua

  13. metro, aku belum pernah kesana tapi pernah sih kepikiran untuk kesana…yang aku kenal orang metro orangnya ramah, berkesan di hati ku…..ga jauh beda dengan orang solo..Sukses untuk Metro

    1. silahkan mampir mbak, pasti berkesan. Yup, bener bgt orangnya ramah-ramah serasa di jogja karena banyak orang jawanya, hampir 90% lho..

  14. kalo saya,,,,,sebenernya lebih suka bkso magetan’,disamping enak rasanya, saya juga punya teman nee,,dia karyawan bakso magetan lhoooo””’
    oy temen-temen yang di lampung jaga terus ya ciri khas kota kita…and jangan lupa untuk orang yang mau berkunjung kesana icip-icip dong baksonyaaaa””’

    1. bakso magetan emang gak ada yang ngalahin.. oh tentu, walo sekarang anak mudanya banyak yg mulai pecicilan dan sok2an, ha..ha..

  15. Ngebaca artikle kota Metro selalu lekat dengan Bakso , padahal bakso asal nya bukan dari metro , malah di daerah asal si penjual tdk begitu kesohor , malah di metro jadi berkembang.

    saya juga tdk puas rasa nya kalo ke metro tdk makan bakso , atau mie kokok ,,,, he he he

    sejak dari kecil selalu langgan ,,,,,
    so bisa di sebut dong kalo kota metro adalah kota bakso ,,, dari bakso Pohon besar GKI Marimo sampai trijaya , bibit dan ll….

    1. setuju mas, bakso yg belum pernah kucoba, GKI marimo, jadi penasaran. sekarang ada bakso baru di samping GKI, namanya bakso kepala sapi, tp gak tau rasanya gmna, tp yg jelas di jogja banyak, franchise soalnya

  16. HuaaaaaAAAA kangen basonya…. sering banget dulu makan baso disitu…. harus kesana lagi pokonya klo ke Metro

  17. Menurut saya yang enak tuh bakso Trijaya depan lapangan Samber.. kalo pulang ke Metro istri saya pasti ngajak makan di situ katanya bakso Palembang atau Jambi kalah enak… hidup bakso Metro…

    1. bakso trijaya sekarang juga buka cabang di depan bakso magetan di 16c lho, samping SMK kartikatama

  18. wah . . emang enak tuchh ?? Bakso bibit dan magetan ,, tidak tau nya saudaraan kedua bakso itu . .
    BANGGA juga dong saya sebagai penduduk metro . .
    emm . . saya juga mau buka seperti itu tapi tidak ada modalnya,,HEHE . . BAGaimna ya???

    1. berarti kudu nabung dulu pak, ato cari investor. ada kok bakso metro di jogja, depan graha primagama, dan sekarang masih survive aja tuh udah bertahun2

Leave a comment