Suasana kabut menyelimuti bumi sang ruwa jurai pagi ini. Setelah kemarin hujan lebat mengguyur, lepaslah dahaga bagi tanah-tanah pesawahan dan perkebunan semenjak hujan terakhir di pekan lalu. Pagi yang dingin, memaksaku memakai jaket cukup tebal untuk menemani perjalanan 60 menit menuju ibukota provinsi.
Hari ini cukup istimewa, oleh karena itu perlu untuk ditulis disini. Karena hari ini secara resmi aku memulai babak baru di tempat ini. Memasuki gerbang yang sudah cukup ramai, melewati jalanan kampus menuju gedung tengah, tempat kerjaku yang baru.
Ruangan masih sepi, tetapi hiruk pikuk mahasiswa yang akan kuliah offline sudah dimulai. Hari pertama, tentu rasanya seperti ini. Kagok, bingung, semua jadi satu. Hari ini tidak ada jadwal mengajar. Hanya ada rapat prodi menjelang makan siang, sekalian memperkenalkan aku yang baru gabung. Selebihnya, lebih pada mengenal kampus, secara sukarela ditemani adik SMA yang sudah duluan menjadi staf di sini.
Kampus tour dimulai dari mencari tempat makan di sekitar kampus. Tidak perlu jauh-jauh, hanya 1 km keluar kampus, ada banyak sekali pilihan tempat makan, dikelilingi oleh pilihan supermarket dan pedagang kaki lima. Kawasan yang khas dengan kehidupan mahasiswa: kos-kosan, pusat fotokopi, laundri, rumah makan, minimarket, dll.
Menikmati sayur kluban, pepes ikan patin, peyek kacang, dan sambal hijau, mengingatkanku citarasa Sumatera, yang sudah puluhan tahun jarang aku temui. Masakannya lebih berbumbu, memberi rasa yang lebih kuat. Setelah makan siang, dilanjutkan dengan mengitari area Belwis di belakang wisma, suatu kawasan yang menampung kehidupan mahasiswa, penggerak ekonomi baru warga sekitar. Suatu kawasan yang dulunya hanya kebon karet, tempat maling bersembunyi membawa sapi hasil curiannya. Kawasan yang dulu pembeli ogah membeli tanah walau hanya seharga 50.000 per meter, kini ternyata harganya sudah naik 20 kali lipat per meternya.
Memasuki Dzuhur, sholat di dalam masjid kampus. Baru tahu ternyata ada 2 masjid di sini. Masjid 1, sudah jadi dan digunakan beberapa tahun terakhir, berukuran medium. Dan saat ini sedang dibangun masjid 2, yang pembangunannya baru 0,125%, tetapi sudah bisa digunakan. Kabarnya, masjid ini akan menjadi masjid terbesar di Sumatera. Dengan luas kawasan lahan 20-50 ha, yang bisa menampung 42.000 jamaah. “Kita foto dulu di sini, biar kayak Zulkifi Hasan waktu peresmian juga foto di spot ini,” ajak kawan sekaligus guide tour hari ini.
Berikutnya dia bercerita banyak tentang asrama mahasiswa, yang saat ini jumlahnya ada 5 gedung, juga baru dibangun RIMA (rumah ibadah multi agama), fasilitas olahraga, yang semua ini ada di sisi kiri dari gerbang kampus. Rencana akan ke kebun raya ditunda lain waktu, karena sudah capek dan ga cukup waktu untuk mengitarinya dalam waktu sehari.
Waktu masih cukup lama menjelang jam pulang, aku pun menuju jajaran gedung di sisi kanan, yaitu kompleks laboratorium dan gedung kuliah. Menuju Gedung Kuliah Umum, di lantai 4 terdapat satu spot di pojokan yaitu perpustakaan. Memasuki ruangan ini, kesan pertama: perpusnya terang, hidup, dan tidak ada “bau buku tua”, aroma yang biasanya bikin ngantuk bagi orang-orang didalamnya.
Menitipkan KTP untuk mendapat kunci locker, dan memasuki area koleksi dan area baca. Delapan puluh persen area baca telah penuh terisi, yang mana mahasiswa sibuk berkelompok atau belajar mandiri, menghadap laptop atau buku. Mereka berdiskusi, riuh tapi tidak gaduh. Aku berkeliling ke rak-rak koleksi. Banyak buku tentang keteknikan pastinya, juga ada rak tentang bahasa, dan akhirnya menemukan rak yang kayaknya bakal jadi rak favorit. Di rak ini banyak buku tentang biomedis, kedokteran, dan juga buku-buku IPA dasar. Buku At A Glance, koleksi terbitan Erlangga, Springer, dan bahkan buku Lodish dan Albert biosel molekuler, ada di sini.
Sedang berdiri di depan rak, pengumuman bahwa perpus akan tutup pun dikumandangkan. Seluruh orang didalamnya pun beranjak, mengemasi laptop dan mengembalikan buku ke boks, atau mengantri di loket peminjaman. Aku tanya petugas, cara mendaftar anggota, ternyata sangat mudah. Cukup sebutkan nama dan nomor pegawai, 5 buku bisa dipinjam selam 2 pekan.
Menjelang pulang, aku menuju gedung rektorat untuk perekaman sidik jari. “Oke bapak, sidik jari sudah selesai, dan bapak bisa finger print hanya di gedung ini hingga tanggal 6 bulan depan,” kata petugas setelah selesai merekam.
Pulang, sambil berfikir dan merenung. Ada banyak harta karun di Sumatera, dan dicoba akan diungkap potensinya untuk kemajuan masyarakat dan bangsa. Maka didirikan kampus ini sebagai sarana untuk mencapainya. Masih banyak pula yang aku belum ketahui tentang kampus ini. Dan hari ini, perjalanan untuk mengetahuinya pun dimulai.