JOURNAL CLUB: Contohnya seperti ini …. (Bagian 2)


Last update: December 20, 2015

Bagaimana sih teknis Journal Club? Berikut contohnya. Teman-teman pasti sudah tahu kan ya rivaroxaban, suatu antikogulan yang kian populer akhir-akhir ini. Obat ini pernah disinggung mas Pangestu Cendra Natha di postingan interaksi obat. Terima kasih mas (saya baru tahu kalo mas ternyata dokter, salam kenal. NEJM merilis artikel ini tahun 2012: “Oral rivaroxaban for the treatment of symptomatic pulmonary embolism”. 

Kesimpulan dari artikel itu adalah: A fixed-dose regimen of rivaroxaban alone was noninferior to standard therapy for the initial and long-term treatment of pulmonary embolism and had a potentially improved benefit-risk profile. Pertanyaan kritisnya adalah “Is Rivaroxaban Noninferior to Standard Warfarin Therapy in Preventing Recurrent PE and DVT?”.

Kalo paper ini dibahas, ga cukup 2 jam untuk didiskusikan. Seru pastinya. Nah, kalo sudah selesai dibahas, intip AFP punya ada pembahasan dari sang expert. Jadi diskusi pun ada titik terangnya. Selamat mencoba..

Link Artikel:

Oral rivaroxaban for the treatment of symptomatic pulmonary embolism [Link]

Pendapat dari ahli [Link]

Komentar dari mas Pangestu Chandra Natha.

Salam kenal juga pak.

Memang sampai sekarang pun warfarin masih jadi terapi utama untuk dvt/pe dan juga pencegahan thromboembolic event pada pasien dengan atrial fibrilasi (reccomendation class I di guidelines esc)

Akan tetapi pada pasien2 tertentu NOAC sudah masuk guidelines esc jg pak.
Seperti pasien yg INR nya nggak stabil, mengalami side effect terhadap pemberian warfarin, atau yg karena situasi tertentu INR nya ga bs dimonitor, pasien yang menolak pengambilan blood sample yg bisa setiap 1-2 hari pada minggu2 pertama pemberian warfarin untuk memonitor INR.
Pada pasien2 ini NOAC dikatakan bisa digunakan untuk menggantikan warfarin (reccomendation class I di esc), kecuali pada atrial fibrilasi valvular.

Pada pasien yg bisa mentoleransi pemberian warfarin (dengan segala aturan2 dan monitoring INRnya) tentu warfarin lebih dipilih karena evidence nya sangat kuat.

Warfarin (vs NOAC)
+ : murah, evidence kuat (karena sudah dipakai puluhan tahun), ada reversal agent (vitamin K)
– : banyak interaksi obat dan makanan, perlu monitoring INR (dengan pengambilan blood sample) berulang2. INR sendiri cepat berubah kalau pasien dapat tambahan obat atau merubah pola makannya.

NOAC (vs warfarin)
+ : risk of bleeding lebih kecil, lebih convenient, tidak perlu monitoring khusus, dosis fix tidak berubah-rubah.
– : mahal, tidak ada reversal agent, evidence tidak sekuat warfarin (hanya ada penelitian non-inferiority, sedangkan uji superioritas yang membandingkan.

Reversal agent NAOC

erima kasih mas infonya. Ni sy baca dari FDA, sudah ada obat untuk reversible agent untuk dabigatran (Pradaxa) yaitu idarucizumab (Praxbind), suatu antibodi monoklonal. Efficacy based on 3 clinical trials with 283 healthy participants taking Pradaxa: patients given idarucizumab had immediate reduction in unbound plasma dabigatran levels lasting ≥ 24 hours. Most common adverse effect was headache. Efficacy based on clinical trial with 123 patients taking dabigatran who took idarucizumab for emergency surgery or uncontrolled bleeding. 89% of patients had full reversal of anticoagulant effect of dabigatran within 4 hours of idarucizumab administration. Most common adverse effects included hypokalemia, confusion, constipation, fever, and pneumonia. Baru press release 16 oktober kemarin, ini beritanya:

FDA approves Praxbind, the first reversal agent for the anticoagulant Pradaxa [Link]

Leave a comment